Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan Indonesia – Sejak Presiden Indonesia Joko Widodo mengangkat Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan Indonesia pada Oktober 2014, kementerian ini telah menerima banyak perhatian dari media. Ketika diangkat, media skeptis tentang Pudjiastuti, seorang pengusaha yang dianggap eksentrik karena perceraian, memiliki tato dan menjadi perokok. Namun, ia selamat dari perombakan kabinet, berubah menjadi kesayangan media, dan – yang paling penting – sektor perikanan Indonesia telah tumbuh kuat di bawah kepemimpinannya.

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kendali atas lautan dan perairan yang luas (kaya ikan). Dengan demikian, negara ini sudah berada di peringkat di antara produsen terbesar dalam akuakultur di seluruh dunia. Namun, seperti di sektor ekonomi lainnya, negara ini belum memanfaatkan potensi penuh dari sektor perikanan dan mengoptimalkan keuntungan. Mempertimbangkan bahwa jumlah penduduk Indonesia lebih dari 250 juta orang di sana tidak hanya permintaan asing yang berpotensi besar tetapi juga permintaan domestik yang besar untuk produk perikanan. premium303

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan Indonesia

Peningkatan efisiensi sangat penting untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk makanan laut Indonesia. Sebagian besar nelayan lokal masih menggunakan teknik tradisional (tidak efisien) serta peralatan. Selain meningkatkan kuantitas, produk-produk berkualitas tinggi di sektor ini juga diharapkan untuk meningkatkan permintaan dari luar negeri untuk produk perikanan Indonesia (seperti ikan, udang dan kepiting). https://www.benchwarmerscoffee.com/

Gelombang baru

Pemerintah Indonesia terus memperbaiki kebijakannya untuk meningkatkan standar hidup nelayan dan meningkatkan investasi di sektor perikanan. Kebijakan-kebijakan ini mencakup pembukaan enam sub-sektor dalam industri pengolahan ikan untuk investasi asing, penyediaan peralatan penangkapan ikan, fasilitas penyimpanan dan pengolahan seperti kapal modern dan penyimpanan dingin, dan memfasilitasi akses ke pembiayaan.

Ms Susi Pudjiastuti telah memulai gelombang baru minat dan pertumbuhan di sektor perikanan Indonesia. Kementerian telah membuat langkah penting dalam meningkatkan sektor perikanan Indonesia, baik di industri hulu dan hilir. Ini terlihat dari peningkatan produksi perikanan tangkap menjadi 4,72 juta ton hingga kuartal ketiga 2015, naik 5,05% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal yang sama berlaku untuk produksi akuakultur yang meningkat menjadi 10,07 juta ton, atau naik 3,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor perikanan Indonesia tumbuh 8,37 persen (y / y) pada kuartal ketiga 2015, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan (pada 4,73 persen y / y) pada saat yang sama perempat. Ekspor produk perikanan Indonesia mencapai USD $ 244,6 juta pada Oktober 2015, sementara impor hanya mencapai USD $ 12,5 juta (menyiratkan surplus perdagangan sebesar USD $ 232,04 juta).

Pudjiastuti mengatakan pertumbuhan sektor perikanan Indonesia terutama didukung oleh peningkatan produksi ikan yang ditangkap dan dibudidayakan. Menurut data dari BPS, produksi ikan yang ditangkap naik 5,03 persen (y / y) menjadi 4,72 juta ton (terutama tuna), sementara produksi ikan budidaya naik 3,98 persen (y / y) menjadi 10,07 juta ton hingga kuartal ketiga tahun 2015

Terlepas dari ketidakpastian global dan pertumbuhan global yang lamban, Menteri Pudjiastuti optimis tentang pertumbuhan sektor perikanan Indonesia pada 2016 karena pemerintah pusat telah mengalokasikan Rp13,8 triliun (sekitar USD $ 1 miliar) dalam Anggaran Pendapatan Negara 2016 untuk Kementerian Kelautan, naik 31,4 persen dari alokasi dalam APBN 2015. Pudjiastuti mengatakan para nelayan negara akan diprioritaskan ketika membelanjakan dana ini.

Kapal yang tenggelam

Ekspor ikan Indonesia juga mengalami penurunan pada tahun 2015. Menurut data dari Kementerian MAF, nilai total ekspor ikan pada tahun 2015 hanya $ 4 miliar USD, yang merupakan kesenjangan yang cukup besar dibandingkan target $ 5,8 miliar USD. Selain iklim bisnis global yang melambat, penurunan ini juga sebagian disebabkan oleh larangan terhadap 1.132 kapal asing yang beroperasi di laut Indonesia.

Kementerian MAF mengeluarkan moratorium terhadap kapal-kapal asing di bulan November 2014 yang dilarang menangkap ikan di perairan Indonesia dengan mereka yang melanggar kebijakan menghadapi ancaman kapal mereka tenggelam; sering dengan cara yang agak umum. Sebagai hasil dari kebijakan ini, banyak kapal bekas asing meninggalkan negara itu yang mengakibatkan penurunan ekspor ke negara-negara yang kapal penangkap ikannya terlibat dalam penangkapan ikan ilegal termasuk Cina, Filipina, dan Thailand. Berdasarkan data dari Kementerian MAF, ekspor ikan ke Tiongkok dan Thailand pada 2015 menurun masing-masing sebesar 17% dan 41,72%. Pada 2015, Amerika Serikat masih menjadi importir terbesar produk perikanan Indonesia. Negara ini menyumbang 41% dari total ekspor perikanan Indonesia, diikuti oleh Jepang (16%), Eropa (12%) dan negara-negara ASEAN (11%).

Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Budidaya Ikan di Kementerian Kelautan, optimis bahwa produksi ikan budidaya akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang karena wilayah budidaya ikan yang luas di Indonesia, namun sebagian besar tetap tidak digunakan. Saat ini ada 11,8 juta hektar untuk budidaya ikan di air laut, 2,3 juta hektar untuk budidaya ikan di air payau, dan 2,5 juta hektar untuk budidaya ikan di air tawar.

Kementerian Kelautan Indonesia menargetkan pertumbuhan produksi ikan tangkapan pada 2,4 persen menjadi 6,45 juta ton pada 2016, sementara pertumbuhan produksi ikan budidaya ditargetkan 8,72 persen menjadi 19,5 juta ton. Thomas Darmawan, Ketua Asosiasi Pengolahan & Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), mengatakan target produksi Kementerian Kelautan tahun depan masuk akal karena cuaca yang lebih hangat (disebabkan oleh El Nino) mendorong pertumbuhan populasi ikan. Darmawan menyatakan bahwa ada banyak ikan di perairan Indonesia. Namun, lemahnya kualitas kapal dan peralatan adalah alasan mengapa produksi masih relatif rendah.

Darmawan juga berharap untuk melihat permintaan yang lebih tinggi untuk ikan Indonesia dari luar negeri karena pemerintah Indonesia telah memerangi penangkapan ikan ilegal di perairannya. Selama tahun lalu, ada beberapa kasus di mana kapal asing (digunakan oleh nelayan Malaysia, Thailand atau Vietnam) ditangkap dan dihancurkan setelah ditangkap dengan menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia. Karena penangkapan ikan secara ilegal dibatasi, negara-negara tetangga akan memperoleh lebih sedikit ikan ilegal dan karenanya permintaan ekspor ikan Indonesia akan meningkat.

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perikanan Indonesia1

Importir terbesar produk perikanan Indonesia adalah Amerika Serikat. Negara ini menyumbang 41 persen dari total ekspor perikanan Indonesia tahun lalu, diikuti oleh Jepang (16 persen). Eropa (12 persen) dan negara-negara ASEAN (11 persen).

Udang tetap menjadi artikel ekspor utama di antara produk perikanan Indonesia, diikuti oleh tuna dan kepiting perenang biru. Pada tahun 2016 ekspor udang dan produk perikanan lainnya diperkirakan naik karena dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA ini bertujuan untuk meningkatkan integrasi ekonomi regional di antara negara-negara anggota ASEAN dengan mengubah kawasan tersebut menjadi kawasan yang dicirikan oleh pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal yang lebih bebas. Selain itu, Amerika Serikat membatalkan bea impor untuk 34 produk perikanan dari Indonesia pada pertengahan 2015 (di bawah sistem preferensi umum).